Apa itu Filsafat? Pengertian, Tokoh, dan Penjelasannya

Daftar Isi

 Selama lebih dari dua puluh abad tahun yang lalu, keberadaan filsafat sebagai sebuah disiplin ilmu telah dipertanyakan. Meskipun ada banyak pandangan yang mencoba menjelaskan esensi filsafat, namun belum semuanya dapat memuaskan semua orang. Beberapa bahkan menganggap filsafat sebagai sesuatu yang misterius, mistis, dan aneh. Apakah Anda pernah merasa demikian?

Filsafat dianggap sebagai akar dari semua pengetahuan yang ada di dunia ini. Sebagai hasilnya, banyak yang menganggap filsafat sebagai ilmu yang paling istimewa dan memiliki posisi paling penting di antara semua bidang pengetahuan lainnya. Lebih lanjut, ada kepercayaan bahwa hanya orang-orang berbakat yang dapat memahami filsafat! Itu sungguh luar biasa, bukan?

Jadi, sebenarnya, apa yang dimaksud dengan filsafat? Apa saja perspektif yang ditemukan dalam bidang ini? Bagaimana juga evolusi sub-disiplin dalam ilmu ini? Untuk menambah pengetahuan, mari kita ikuti penjelasan berikut ini!

Pengertian Filsafat

Pengertian Filsafat
Sumber: image.google.com

Asal mula istilah "filsafat" berasal dari Bahasa Yunani, yaitu "philosophia", yang terdiri dari "philo" yang berarti 'cinta dalam konteks luas', dan "sophia" yang berarti 'kebijaksanaan atau kecerdasan'. Jadi, filsafat dapat diartikan sebagai aspirasi untuk mencapai pemahaman yang mendalam tentang kebijaksanaan.

Berbagai ahli telah memberikan definisi tentang filsafat. Poedjawijatna menyatakan bahwa filsafat adalah jenis pengetahuan yang berusaha untuk menemukan akar penyebab dari segala sesuatu berdasarkan pemikiran saja. Sementara menurut Hasbullah Bakry, filsafat adalah bentuk pengetahuan yang menyelidiki segala hal secara mendalam, mulai dari konsep tentang Tuhan, alam semesta, hingga manusia, untuk mencapai pemahaman tentang hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia. Plato, seorang tokoh filsafat terkenal, mendefinisikan filsafat sebagai upaya untuk mencapai kebenaran yang sejati.

Dengan mempertimbangkan berbagai pandangan dari para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah disiplin ilmu yang bertujuan untuk mencari akar penyebab secara mendalam melalui pemikiran dan akal manusia. Filsafat juga dapat menjadi pandangan hidup individu atau kelompok tentang tujuan hidup yang diidamkan. Namun, pada intinya, filsafat merupakan sikap kebijaksanaan dan kedewasaan seseorang dalam mempertimbangkan secara mendalam dan menyeluruh tentang segala hal dan hubungannya.

Tokoh-Tokoh Filsafat Yunani

Sebagian besar tokoh filsafat atau filosof Yunani berasal dari Yunani karena tradisi intelektual itu berakar dalam pemikiran Yunani Kuno. Mereka hidup sekitar abad sebelum Masehi. Meskipun telah meninggal ratusan tahun yang lalu, pemikiran mereka tetap memiliki dampak besar pada perkembangan filsafat. Berikut adalah beberapa tokoh filsafat Yunani yang penting untuk Anda kenal!

1. Socrates

Socrates, yang hidup sekitar tahun 469-399 Sebelum Masehi, sangat peduli pada manusia dan berupaya agar mereka dapat mengenal diri mereka sendiri. Baginya, jiwa manusia adalah aspek paling esensial dalam kehidupan, yang berhubungan dengan esensi manusia sebagai penentu nasibnya sendiri.

Meskipun tidak bertujuan untuk memaksa orang lain menerima pandangannya, Socrates lebih memprioritaskan agar orang lain dapat mengungkapkan pandangan mereka sendiri. Untuk itu, dia menggunakan metode dialektika, berdialog dengan orang lain untuk memungkinkan mereka menyampaikan pandangan dan gagasan mereka, sehingga mendorong munculnya pemahaman baru. Meskipun Socrates tidak meninggalkan tulisan tentang pandangannya, gagasannya kemudian diwariskan oleh Plato, salah satu muridnya.

2. Plato

Tentu Anda sudah tidak asing lagi dengan nama yang diakui sebagai salah satu filsuf paling terkenal dalam sejarah, yaitu Plato. Plato, yang hidup dari tahun 427 hingga 347 SM, mengemukakan pandangannya bahwa ide adalah realitas yang paling mendasar.

Dia meyakini bahwa dunia yang kita lihat bukanlah realitas sejati, melainkan merupakan bayangan dari dunia nyata atau ide. Untuk mencapai dunia ide, seseorang perlu memiliki kekuatan spiritual yang besar dan harus mengubah banyak aspek kehidupannya, termasuk mengendalikan nafsu dan kebiasaan. Dia juga membagi jiwa manusia menjadi tiga bagian: akal budi, emosi atau keinginan, dan nafsu. Akal budi, sebagai bagian tertinggi dari jiwa, memungkinkan kita untuk melihat ide dan mengatur bagian lain dari jiwa.

Apakah Anda tahu bahwa Plato meninggalkan lebih dari 30 karya sastra yang dikenal karena keindahan dan kedalaman isi? Plato juga mendirikan sebuah sekolah, di mana murid terkenalnya adalah Aristoteles.

3. Aristoteles

Aristoteles, yang hidup dari tahun 384 hingga 322 SM, adalah murid terbaik Plato selama dua dekade. Dia suka melakukan perjalanan ke berbagai tempat dan mengajar Pangeran Alexander sebelum Alexander menjadi Raja Alexander Yang Agung.

Seperti gurunya, Plato, Aristoteles juga mendirikan sebuah sekolah yang disebut Lyceum. Dia dikenal sebagai pemikir yang kritis dan aktif melakukan penelitian untuk mengembangkan pengetahuan. Aristoteles sangat tertarik pada ilmu alam dan kedokteran. Sebelum meninggal, dia meninggalkan banyak tulisan tentang berbagai bidang ilmu, yang masih menjadi dasar teori hingga saat ini, termasuk ilmu alam, masyarakat, negara, sastra, seni, dan kehidupan manusia.

Salah satu tulisan terkenal Aristoteles adalah yang berjudul Analitika, yang merupakan karya tentang logika. Analitika ini, jika diterapkan saat ini, bertujuan untuk menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi pemikiran agar mencapai kebenaran.

4. Thales

Thales, seorang filsuf yang berasal dari Miletus, Yunani Kuno, diyakini hidup sekitar tahun 624-548 SM. Dia dianggap sebagai salah satu orang pertama yang mencoba menjawab pertanyaan tentang asal-usul segala sesuatu dalam alam semesta.

Thales tinggal di dekat laut dan sering melihat luasnya samudra setiap hari, yang memengaruhi pandangannya. Dia juga melakukan perjalanan ke Mesir, di mana dia melihat pentingnya air Sungai Nil bagi penduduk setempat, terutama dalam pertanian. Dari pengamatan itu, Thales mengemukakan pendapat bahwa air adalah sumber segala sesuatu di dunia. Dia melihat air yang terus bergerak sebagai prinsip dasar kehidupan manusia. Pandangan Thales ini terbukti benar, karena air memang menjadi kebutuhan esensial bagi kehidupan manusia.

5. Anaximenes

Berbeda dengan Thales, Anaximenes, yang hidup sekitar tahun 585-528 SM, meyakini bahwa kehidupan di alam semesta ini berasal dari udara. Pandangan ini didasarkan pada keyakinan bahwa manusia dan semua makhluk hidup bernapas, mengambil udara dari lingkungan sekitar.

Anaximenes menganggap udara sebagai sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup, karena tanpa udara, semua kehidupan di Bumi akan mati. Oleh karena itu, dia percaya bahwa udara adalah asal-usul kehidupan makhluk hidup.

6. Phytagoras

Mendengar atau membaca nama Phytagoras, Anda pasti akan teringat dengan rumus matematika yang terkenal, bukan? Phytagoras, selain menjadi tokoh filsuf terkenal, juga dikenal sebagai ahli matematika. Dia hidup sekitar tahun 580-500 SM di kota Kroton, Italia Selatan.

Selain memandang bahwa pembersihan rohani penting bagi kebahagiaan jiwa, Phytagoras juga mengajarkan kepada murid-muridnya bahwa segala sesuatu dalam alam ini berasal dari bilangan atau angka. Pandangannya tentang alam semesta didasarkan pada konsep bilangan.

Pandangan-Pandangan Dalam Filsafat

Seiring berjalannya waktu, muncul berbagai pandangan atau aliran yang menjadi dasar bagi manusia saat akan melakukan suatu tindakan. Hingga saat ini, pandangan-pandangan ini masih diaplikasikan dalam berbagai bidang ilmu. Berikut adalah beberapa pandangan filsafat yang tersebut.

1. Idealisme

2400 tahun yang lalu, Plato memperkenalkan istilah "Idealisme". Seperti yang mungkin Anda sudah ketahui, Plato percaya bahwa realitas yang paling mendasar adalah ide, bukan realitas yang terlihat oleh indera manusia. Pendekatan dalam pandangan ini menekankan aspek spiritual alam.

Mereka yang mengikuti pandangan ini cenderung menghargai kebudayaan dan tradisi, karena mereka percaya bahwa nilai-nilai kehidupan tersebut memiliki kedalaman yang lebih dari sekadar pengetahuan individu.

2. Humanisme

Sejak zaman kuno hingga pertengahan abad ke-4 M, pendidikan di Yunani dan Romawi bertujuan untuk membentuk warga negara yang bertanggung jawab dan berguna bagi masyarakat dan negara. Kemudian, dari abad ke-5 hingga ke-14 di Eropa, pendidikan juga bertujuan untuk mencapai kebahagiaan abadi dan memenuhi kebutuhan duniawi.

Pandangan humanisme ini memiliki dua arah, yaitu humanisme individu dan humanisme sosial. Humanisme individu menekankan kebebasan berpikir, ekspresi, dan kreativitas, yang sering dinyatakan melalui seni, sastra, musik, dan teknologi. Sementara humanisme sosial menekankan pendidikan bagi masyarakat secara keseluruhan untuk mencapai kesejahteraan sosial dan memperkuat hubungan antar manusia.

3. Rasionalisme

Rasionalisme adalah pandangan yang mengakui rasio manusia sebagai sumber pengetahuan. Rene Descartes diakui sebagai tokoh utama Rasionalisme dan filsuf modern. Selain itu, John Locke juga dikenal karena pandangannya tentang tabula rasa, yang menyatakan bahwa setiap individu lahir tanpa pengetahuan sebelumnya, seperti kertas kosong. Oleh karena itu, individu harus dididik dan diberi pengalaman agar dapat berpikir dan tidak tetap menjadi "kertas kosong" sepanjang hidupnya.

4. Empirisme

Empirisme adalah pandangan yang menganggap pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan, karena pengalaman memberikan kepastian yang berasal dari dunia nyata. Pandangan ini juga menyatakan bahwa pernyataan yang tidak dapat diperkuat oleh pengalaman tidak memiliki makna yang berarti.

5. Kritisisme

Di abad ke-18, ada seorang filsuf bernama Emmanuel Kant yang berhasil menyatukan dua pandangan, yaitu rasionalisme dan empirisme, menjadi suatu pandangan yang disebut kritisisme. Secara singkat, pandangan ini menyatakan bahwa kebenaran tidak perlu diuji karena sudah memiliki batasan-batasan yang jelas antara rasionalisme dan empirisme.

6. Konstruktivisme

Pandangan ini pertama kali diungkapkan oleh Giambattista Vico pada tahun 1710. Menurutnya, pengetahuan seseorang adalah hasil konstruksi dari individu itu sendiri melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh E. Von Galsersfelf dari University of Massachusetts, yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang terbentuk melalui interaksi individu tersebut dengan lingkungannya.

Cabang Ilmu Filsafat

Ilmu filsafat tidaklah tetap, tetapi dinamis dan terus berkembang secara rasional dan sistematis seiring berjalannya waktu. Perkembangan zaman juga memengaruhi pola pikir manusia. Di bawah ini adalah enam cabang studi dalam ilmu filsafat.

1. Epistemologi

Asal muasal Epistemologi adalah dari Bahasa Yunani, yaitu episteme (pengetahuan) dan logos (kata, pikiran, atau ilmu), sehingga dapat disimpulkan bahwa Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas pengetahuan. Dalam Epistemologi, fokus utamanya adalah tentang asal-usul, sifat, karakter, dan jenis pengetahuan.

2. Metafisika

Istilah ini juga berasal dari kata Yunani "metaphysika," yang berarti "setelah fisika." Cabang filsafat ini diperkenalkan oleh Andronikos dan Rhodes melalui kumpulan buku-buku yang ditulis oleh Aristoteles tentang hakikat benda-benda yang kita amati dalam dunia nyata ini. Metafisika dapat dianggap sebagai suatu kajian filsafat yang menyeluruh tentang realitas keseluruhan atau segala yang ada. Metafisika bisa dibagi menjadi dua hal, yaitu:

Metafisika Umum atau Ontologi

Yaitu mengkaji semua hal yang ada secara menyeluruh dan serentak. Biasanya, ini melibatkan pemisahan antara eksistensi yang sebenarnya dengan penampakan atau manifestasinya.

Metafisika Khusus

  • Kosmologi adalah penelitian tentang alam semesta atau alam dengan prinsip-prinsip ketertiban yang paling mendasar dari semua realitas.
  • Teologi Metafisik adalah pembahasan tentang keyakinan agama, khususnya tentang keberadaan Tuhan.
  • Filsafat Antropologi adalah kajian tentang esensi manusia dan hubungannya dengan alam dan sesamanya. Cabang ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang eksistensi, status, dan hubungan manusia.

3. Logika

Menurut Rapar (1996), Logika merupakan bidang atau bagian dari filsafat yang merangkai, mengembangkan, dan mengeksplorasi prinsip-prinsip, aturan-aturan formal, serta prosedur-prosedur normatif, beserta kriteria yang valid untuk penalaran dan deduksi guna mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Dengan kata lain, cabang filsafat ini berfokus pada pertimbangan akal atau pikiran yang diungkapkan melalui kata atau bahasa (verbal).

4. Etika

Cabang filsafat ini juga dikenal sebagai filsafat moral karena membahas tentang moralitas perilaku manusia. Secara singkat, cabang filsafat ini mengamati manusia dari sudut pandang tindakannya. Bahkan pada masa Socrates, etika memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Etika merupakan studi tentang moralitas, yang menentukan norma-norma perilaku yang sesuai bagi manusia dalam masyarakat. Etika juga tidak menyangkut identitas atau karakteristik individu, tetapi fokus pada bagaimana manusia seharusnya bertindak dan berperilaku.

5. Estetika

Cabang filsafat ini meneliti seni dan keindahan. Isu-isu yang dibahas termasuk prinsip-prinsip dan esensi sejati keindahan, seperti pengujian keindahan melalui persepsi dan pikiran manusia. Meskipun pada dasarnya, studi tentang estetika ini telah dilakukan selama 2500 tahun di berbagai budaya, termasuk Babilonia, India, Mesir, China, dan Yunani.

6. Filsafat Ilmu

Cabang filsafat ini mengkaji esensi ilmu. Tujuannya adalah untuk merunut akar masalah dan menemukan dasar-dasar realitas yang diperdebatkan oleh bidang ilmu tertentu agar lebih terperinci dan pasti. Seperti disiplin ilmu lainnya, cabang filsafat ini memiliki sub-bidangnya sendiri, termasuk filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat bahasa, dan filsafat matematika.

Ya, itulah penjelasan tentang konsep filsafat dan tokoh-tokoh terkemuka yang masih dikenal hingga saat ini sebagai pemikir utama sepanjang masa. Apakah Anda pernah memperoleh wawasan dari pandangan salah satu filsuf tersebut?