Apa itu Oligarki? Pengertian, Tipe, Ciri-Ciri dan Contohnya
Menjelang tahun politik di Indonesia, narasi tentang perlawanan terhadap oligarki semakin sering terdengar, khususnya di media massa dan media sosial. Oligarki dipandang sebagai ancaman bagi demokrasi dan sebagai faktor penyebab kerusakan aset negara oleh pejabat publik, melalui korupsi dan penyalahgunaan wewenang.
Lebih jauh, oligarki diklaim sebagai salah satu penyebab buruknya kondisi Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan hukum. Ini terjadi karena kecenderungan oligarki yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok dibandingkan kepentingan rakyat.
Dari sini, muncul istilah-istilah baru seperti "pemerintah dan partai politik dikuasai oleh kelompok oligarki", "kembalinya oligarki politik", dan sebagainya. Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan oligarki? Artikel ini akan mengulas lebih jauh mengenai oligarki, termasuk tipe, ciri-ciri, dan contoh-contohnya.
Apa Itu Oligarki?
Oligarki adalah sistem pemerintahan atau struktur kekuasaan yang dikendalikan oleh sekelompok kecil individu atau kelompok elit, biasanya berdasarkan kekayaan, kekuasaan politik, atau pengaruh militer. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani "oligarkhia", yang terdiri dari kata "oligos" (sedikit) dan "arkhein" (memerintah), secara harfiah berarti "pemerintahan oleh sedikit orang" . Dalam konteks modern, oligarki tidak selalu merujuk pada sistem pemerintahan resmi, melainkan pada dominasi sekelompok elite yang menggunakan kekuasaan untuk melindungi kepentingan mereka sendiri, seringkali mengabaikan kepentingan publik.
Menurut Jeffrey A. Winters, seorang ilmuwan politik, oligarki adalah bentuk pertahanan kekayaan (wealth defense), di mana kelompok elite menggunakan kekuatan material mereka untuk mempertahankan dan memperluas kekuasaan. Aristoteles menganggap oligarki sebagai bentuk pemerintahan yang buruk karena cenderung eksklusif dan hanya menguntungkan segelintir orang, bukan masyarakat luas. Contoh negara yang sering dikaitkan dengan oligarki termasuk Rusia pasca-Soviet, di mana sekelompok pengusaha kaya (oligarchs) memiliki pengaruh besar dalam politik dan ekonomi.
Tipe Oligarki
Dalam tulisannya, Winters mengemukakan empat ciri khas oligarki: keterlibatan langsung dalam mempertahankan kepemilikan kekayaan, partisipasi dalam struktur pemerintahan atau kekuasaan, keterlibatan yang bisa bersifat kolektif atau individu, serta apakah partisipasi tersebut berlangsung dengan cara agresif atau moderat.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, Winters mengelompokkan oligarki ke dalam empat tipe, yaitu:
Oligarki Panglima
Oligarki Panglima (Warring Oligarchy) adalah tipe oligarki yang mengandalkan kekerasan langsung atau kekuatan militer untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan. Kekayaan diperoleh melalui penaklukan atau penguasaan sumber daya secara paksa, dan pergantian kekuasaan sering terjadi melalui konflik antar-panglima . Contoh historis termasuk Kekaisaran Byzantium dan Kesultanan Mamluk di Mesir, di mana kekuasaan tidak turun-temurun melainkan diperebutkan oleh para pemimpin militer yang paling kuat.
Dalam konteks modern, bentuk Oligarki Panglima dapat dilihat dalam konflik antar-kelompok bersenjata atau rezim militer yang menggunakan kekerasan untuk mempertahankan dominasi politik dan ekonomi. Misalnya, beberapa rezim di Afrika dan Amerika Latin menunjukkan karakteristik ini, di mana kekuasaan dipegang oleh junta militer atau kelompok bersenjata yang mengontrol sumber daya negara.
Oligarki Penguasa Kolektif
Oligarki Penguasa Kolektif (Ruling Oligarchy) melibatkan sekelompok elite yang berkuasa secara kolektif melalui lembaga-lembaga dengan aturan dan norma tertentu. Berbeda dengan Oligarki Panglima, tipe ini lebih stabil karena para oligark bekerja sama untuk mempertahankan kekuasaan dan kekayaan mereka. Contohnya dapat ditemukan dalam sistem mafia, seperti persekutuan antara Keluarga Corleone dan Mafia Yahudi, di mana kelompok-kelompok ini membentuk aliansi untuk mengontrol bisnis ilegal.
Di Indonesia, praktik Oligarki Penguasa Kolektif muncul pasca-Reformasi 1998, di mana elite politik dan bisnis membentuk jaringan kekuasaan untuk mengendalikan kebijakan negara . Mereka menggunakan lembaga politik dan ekonomi untuk mempertahankan dominasi, seringkali melalui korupsi dan nepotisme.
Oligarki Sultanistik
Oligarki Sultanistik (Sultanistic Oligarchy) terjadi ketika kekuasaan terpusat pada satu individu atau keluarga yang memonopoli sarana pemaksaan, seperti militer atau birokrasi. Oligark lain bergantung pada penguasa utama untuk melindungi kekayaan mereka dalam hubungan patron-klien . Contoh paling jelas adalah rezim Orde Baru di Indonesia di bawah Presiden Soeharto, di mana kekuasaan terpusat pada satu figur dengan dukungan militer dan jaringan bisnis keluarga.
Tipe ini juga ditemukan di negara-negara dengan rezim otoriter seperti Zimbabwe di bawah Robert Mugabe atau Filipina di era Ferdinand Marcos. Kekuasaan bersifat personalistik, dan oligark lain hanya bisa bertahan jika loyal kepada penguasa utama.
Oligarki Sipil
Oligarki Sipil (Civil Oligarchy) adalah bentuk oligarki di mana kelompok elite tidak berkuasa secara langsung atau menggunakan kekerasan, melainkan mengendalikan kekuasaan melalui lembaga hukum dan ekonomi. Mereka fokus pada mempertahankan kekayaan dengan menghindari intervensi negara . Contohnya adalah pengusaha besar di Amerika Serikat seperti Rockefeller dan Bill Gates, yang memengaruhi kebijakan melalui lobi dan kontrol atas media.
Di beberapa negara, Oligarki Sipil bisa bersifat demokratis secara prosedural (seperti di AS dan India) atau otoriter (seperti di Malaysia dan Singapura). Mereka tidak memerintah langsung tetapi memiliki pengaruh besar dalam politik melalui pendanaan partai dan kontrol atas sektor strategis.
Ciri-Ciri Sistem Pemerintahan Oligarki
Selanjutnya kita akan membahas tentang ciri-ciri sebuah sistem pemerintahan yang oligarki, berikut ini pembahasannya
Uang dan kekuasaan tidak terpisahkan
Dalam oligarki, kekayaan dan kekuasaan saling terkait erat. Kelompok elite menggunakan uang untuk mengontrol politik, seperti memengaruhi pemilu, membiayai kampanye, atau mengendalikan media . Sebaliknya, kekuasaan politik digunakan untuk melindungi dan memperluas kekayaan mereka, menciptakan lingkaran yang sulit diputus.
Jeffrey Winters menyebutkan bahwa oligarki berfokus pada wealth defense (pertahanan kekayaan), di mana kebijakan negara sering dirancang untuk melindungi kepentingan ekonomi elite . Misalnya, di Rusia, oligark seperti Roman Abramovich menggunakan kekayaan mereka untuk memengaruhi kebijakan pemerintah pasca-Soviet.
Kekuasaan dikendalikan oleh kelompok kecil
Ciri utama oligarki adalah konsentrasi kekuasaan di tangan segelintir orang, baik dari kalangan pengusaha, politisi, atau militer. Kelompok ini memiliki akses istimewa ke sumber daya negara dan membuat keputusan penting tanpa melibatkan partisipasi publik.
Di Indonesia, misalnya, elite politik dan pengusaha sering membentuk jaringan yang menguasai sektor strategis seperti pertambangan, kehutanan, dan perbankan . Hal ini menciptakan ketimpangan di mana kebijakan lebih menguntungkan kelompok tertentu daripada masyarakat luas.
Ketidaksetaraan materi
Oligarki menghasilkan kesenjangan ekonomi yang ekstrem antara kelompok elite dan masyarakat umum. Kekayaan terkonsentrasi pada segelintir orang, sementara mayoritas penduduk kesulitan memenuhi kebutuhan dasar. Misalnya, di Afrika Selatan era apartheid, minoritas kulit putih menguasai sebagian besar sumber daya ekonomi, sementara mayoritas kulit hitam hidup dalam kemiskinan.
Ketidaksetaraan ini diperparah oleh kebijakan yang dirancang untuk melindungi kepentingan oligark, seperti pajak rendah untuk korporasi atau deregulasi yang menguntungkan konglomerat.
Kekuasaan untuk mempertahankan kekayaan penguasa
Tujuan utama oligarki bukanlah kesejahteraan publik, melainkan melindungi kekayaan dan kekuasaan kelompok elite. Mereka menggunakan instrumen politik seperti hukum, kebijakan fiskal, dan kontrol media untuk memastikan dominasi mereka tetap terjaga.
Contohnya adalah praktik korupsi dan nepotisme di banyak negara, di mana elite menggunakan jabatan publik untuk memperkaya diri. Di Amerika Serikat, lobi korporasi besar memengaruhi kebijakan perpajakan dan regulasi, menguntungkan para oligark sambil membebani masyarakat biasa.
Contoh Oligarki
Berikut ini beberapa contoh tentang sistem pemerintahan oligarki yang mungkin harus kamu tahu:
Pemerintahan Rusia
Sejak abad ke-15, Rusia telah dikategorikan sebagai pemerintahan oligarki. Meskipun Presiden Rusia saat ini, Vladimir Putin, pernah menyangkal hal ini, terdapat persepsi bahwa oligarki di Rusia memiliki koneksi dalam pemerintahan. Hal ini memungkinkan para miliarder untuk berinvestasi secara diam-diam di negara-negara demokratis, sehingga properti mereka dilindungi oleh hukum setempat. Pada Januari 2018, Kementerian Keuangan Amerika Serikat merilis daftar sekitar 200 oligarki Rusia, termasuk pejabat perusahaan dan pejabat senior pemerintahan Rusia.
Pemerintahan China
Setelah kematian Mao Zedong pada tahun 1976, praktik oligarki di China, yang berbasis agama, kembali berkuasa. Orang-orang yang mengaku sebagai keturunan dari "Delapan Dewa" Taoisme, dikenal sebagai "geng Shanghai", mengendalikan mayoritas perusahaan milik negara dan kesepakatan bisnis. Mereka juga mengizinkan kawin campur untuk mempertahankan hubungan mereka dengan dewa.
Pemerintahan Arab Saudi
Di Arab Saudi, raja yang berkuasa membagikan kekuasaan kepada keturunannya. Raja pertama Arab Saudi, Abd Al-Aziz Al-Sa’ud, yang memerintah dari tahun 1875 hingga 1953, membagi kekuasaan dengan 44 putranya dari 17 istri. Raja saat ini, Salman bin Abdulaziz, menunjuk putranya, Pangeran Mohammed bin Salman, sebagai menteri pertahanan dan pengawas perusahaan minyak negara, Saudi Aramco.
Pemerintahan Iran
Iran memiliki presiden yang dipilih secara populer, namun negara ini juga dikuasai oleh oligarki berbasis agama serta kerabat dan teman-temannya. Konstitusi Iran menyatakan bahwa "Satu Tuhan (Allah)" memiliki kedaulatan eksklusif di seluruh negara. Oligarki Islam mulai berkuasa pada tahun 1989 setelah kematian Ayatollah Ruhollah Khomeini. Sejak itu, Ayatollah Ali Khamenei, yang menggantikannya, menempatkan keluarga dan sekutunya dalam jabatan tinggi pemerintahan.
Kelebihan dan Kekurangan Oligarki
Oligarki, sebagai sistem yang diciptakan manusia, memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri.
Kelebihan
Oligarki dapat beroperasi dengan efisien karena kekuasaan terpusat pada beberapa individu yang memiliki keahlian untuk membuat dan menjalankan keputusan dengan cepat. Ini membuat sistem ini lebih efisien dibandingkan dengan sistem pemerintahan yang melibatkan banyak pihak dalam proses pengambilan keputusan.
Ketika para oligark yang berkuasa bijaksana, masyarakat dapat fokus pada keluarga, karier, dan hiburan, serta memiliki lebih banyak waktu untuk inovasi teknologi. Salah satu tujuan utama oligarki adalah menciptakan stabilitas sosial untuk mempertahankan status quo, sehingga masyarakat cenderung terhindar dari perubahan kebijakan ekstrem yang dapat merugikan.
Kekurangan
Meski efisien, oligarki cenderung meningkatkan ketidaksetaraan pendapatan karena para penguasa terbiasa dengan gaya hidup mewah dan memegang kekayaan negara. Selain itu, oligarki sering bersifat klan, hanya berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki nilai yang sama. Meskipun ini dapat memberikan stabilitas, hal ini juga mencegah masuknya perspektif dan ide baru ke dalam pemerintahan.
Kekuasaan yang tidak terbatas juga dapat dimanfaatkan oleh para oligark untuk membuat kesepakatan di antara mereka dalam menetapkan harga, membatasi jumlah barang untuk masyarakat umum, dan menghilangkan manfaat bagi kelas bawah.
Penutup
Sebagai kesimpulan, oligarki adalah sistem pemerintahan di mana kekuasaan terpusat pada sekelompok kecil individu, biasanya mereka yang memiliki kekayaan atau pengaruh signifikan. Sistem ini memiliki berbagai tipe dan ciri-ciri yang khas, mulai dari ketergantungan pada kekayaan dan kekuasaan, hingga pembatasan partisipasi politik dan ketidaksetaraan materi. Meskipun oligarki bisa menawarkan efisiensi dan stabilitas, ia juga rentan terhadap peningkatan ketidaksetaraan dan pengekangan inovasi serta pandangan baru.
Contoh nyata dari pemerintahan oligarki dapat ditemukan di berbagai negara, baik yang historis maupun kontemporer, seperti Rusia, China, Arab Saudi, dan Iran. Setiap negara ini menunjukkan bagaimana oligarki dapat memanifestasikan dirinya dalam berbagai bentuk dan konstelasi kekuasaan.
Memahami oligarki, tipe, ciri-ciri, dan contohnya, memberikan kita wawasan lebih dalam tentang bagaimana kekuasaan dapat terdistribusi dalam suatu negara dan dampak yang ditimbulkannya pada masyarakat. Hal ini juga mendorong refleksi kritis tentang keadilan, partisipasi, dan kesejahteraan dalam sistem politik yang ada.
Posting Komentar